BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beumo
merupakan salah satu system pertanian tradisional di Jambi yang hampir punah
ditengah-tengah gemerlap sistem pertanian moderen dengan model perkebunan
monokultur kelapa sawit. Semangat program pencetakan sawah, optimalisasi lahan
dan intensifikasi tanaman dengan penanaman padi 2-3 kali dalam satu tahun
dengan penggunaan bibit unggul yang disertai dengan peralatan modern dengan
tujuan menyediakan makanan bagi orang kota, hampir melupakan nilai-nilai
kearifan local yang terbangun dalam system pertanian tradisional yang dulu
pernah menopang kemadirian pangan di propinsi Jambi, salah satu kearifan local
tersebut adalah ‘beumo’.
Beumo
merupakan salah satu system pertanian warisan nenek-moyang yang memanfaatkan
lahan dengan menanam padi dan beragam tanaman pendukung lain disekitarnya.
Beumo atau beberapa masyarakat menyebutnya dengan ladang itu, merupakan salah
satu media bertani yang terbagi menjadi dua bagian atau dua bentuk berdasarkan
tempat dan peruntukannya yakni Umo Renah dan Umo Talang, umo renah
adalah lahan pertanian yang kontur tanahnya rata dalam satu hamparan yang cukup
luas berada di dekat pemukiman penduduk desa. Umo Renah ditanami padi
dan sayuran seperti kacang, timun dll. sedangkan Umo Talang adalah lahan
pertanian yang luasnya tergantung berapa berapa besar kesanggupan seorang atau
sekolompok dalam pengelolaanya, Umo Talang berada di dalam hutan belukar dan
jauh dari pedesaan. Untuk menuju Umo Talang melalui jalan setapak yang dibuat
sendiri atau berkelompok (pada umumnya berkelompok). Tanamannya hampir sama
dengan umo renah yaitu padi dan tanaman pendukung lainnya seperti jagung,
buah-buahan musiman jangka pendek dan sayur-mayur. Biasanya dalam Umo Talang
terdapat pondok kecil sederhana yang digunakan sebagai tempat tinggal semetara
hingga panen tiba, dan umumnya Umo Talang dibuat berbarengan dengan penanaman
karet, beragam tanaman pangan sering ditanam di antara pohon karet maupun
ditempat yang berbeda namun berdekatan dengan kebun karet yang baru ditanam.
B. Tujuan
Tujuan
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk
mengetahui sejarah perekonomian
b. Untuk
mengetahui sistem pertanian tradisional
c. Untuk
mengetahui kaitan antara sejarah perekonomian dengan sistem pertanian
tradisional.
C. Manfaat
Manfaat
pembuatan makalah ini yaitu untuk menambah pengetahuan kita mengenai sejarah
perekonomian tentang sistem pertanian
tradisional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM
PERTANIAN TRADISIONAL
A.1 Cara Meningkatkan Pendapatan Petani Dengan Biaya
Murah
Hasil
penelitian dan percobaan yang telah dilakukan pada ratusan petani di berbagai
daerah sebagai berikut:
1. Dengan
sistem awal penanaman dan pemupukan seperti yang tertulis ini, dapat
meningkatkan hasil pertanian 50 s/d 100 persen dari biasanya.
2. Melalui
pencegahan hama tanaman secara alamiah, petani tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk mencegah hama dalam rangka merawat tanaman.
3. Dengan
cara pengolahan dan pemupukan tanah secara alamiah (pupuk kandang dan abu hasil
pembakaran sampah tanaman), dapat mengurangi ketergantungan petani dari
penggunaan pupuk buatan, sekaligus lebih menjaga kesuburan humus tanah, dan
mencegah kerusakan tanah atau lahan kritis).
4. Hasil
panen petani, sangat higienis (sehat) untuk dikonsumsi dalam islam disebutkan
sebagai makanan halal dan thayib.
5. Akhirnya
cara ini berujung kepada peningkatan kesejahteraan petani, karena secara
relatif petani hanya memerlukan BIBIT
UNGGUL dalam melaksanakan aktivitas petaniannya.
A.2
Waktu-Waktu Awal Penanaman (Watee-Watee Geupeuphon Seumula Tanaman) Ilmu Falaq
(Astronomi ) Bidang Pertanian
Sumber:
dari Kitab Tajul Muluk (Mahkota Raja) tulisan tagan abad 16 M, karangan syech
Abbas Kutakarang dan kitab falaqiah wal hikmah tulisan tangan abad 16 M karya
Syech Abdurauf Syiah Kuala, serta wawancara dengan tokoh petani aceh tentang
penentuan bulan dalam tahun Hijriah, hari dan waktu awal menanam
tumbuh-tumbuhan (Keuneunong : buleun, uroe, saat atau jem penanaman serta
pencegahan hama tanaman secara alamiah).
Untuk
jenis tanaman berbatang, berbiji, berbunga, berdaun dan berbuah diatas tanah
ditanam pada waktu bulan naik dalam tahun hijriah yaitu 1 s/d 15 hari bulan
sedangkan tanaman yang berbuah dan berakar didalam tanah, ditanam pada waktu
bulan turun pada tahun hijriah, yaitu 16 s/d 30 hari bulan.
Terhadap
tanaman yang hasilnya diatas tanah, makin naik bulan makin baik untuk memulai
awal penanaman, demikian juga sebaliknya semakin turun bulan hijriah, semakin
baik untuk awal penanaman yang hasilnya di dalam tanah.
A.3 Penentuan Hari Dan Jenis Tanaman
1. Pada
hari ahad (minggu) menanam segala jenis tanaman yang berbatang, seperti : kulit
manis, jati, mahoni, cemara laut, karet dan sebagainya.
2. Pada
hari senin menanam segala jenis tanaman yang berbuah dalam tanah, seperti:
kentang, singkong, ubi, jahe, kunyit, bawang dan sebagainya.
3. Pada
hari selasa menanam segala jenis tanaman yang berbiji, seperti: padi, jagung,
kacang hijau, merica, pinang, kemiri, kopi dan sebagainya.
4. Pada
hari rabu menanam segala jenis tanaman yang berbunga, seperti bunga mawar,
melati, cempaka, kenanga, kemuning, melur, anggrek dan sebagainya.
5. Pada
hari kamis menanam segala jenis tanaman berdaun seperti: nilam, sawi, bayam,
kol dan sebagainya.
6. Pada
hari jum’at menanam segala jenis tanaman yang berbuah diatas tanah, seperti:
kelapa, mangga, pepaya, pisang, cabai, terong, tomat dan sebagainya.
7. Pada
hari sabtu menanam segala jenis tanaman yang berakar didalam tanah, yang
dimaksud akar didalam tanah ini adalah yang biasa digunakan untuk pengobatan,
seperti: ginseng, akar wangi, akar ilalang dan sebagainya.
A.4 Penentuan Waktu (Saat
Penanaman)
1. Jika
hari minggu (ahad) dilakukan pada saat pagi-pagi atau setelah shalat ashar
2. Jika
hari senin dilakukan pada hampir tengah hari atau sebelum shalat zhuhur.
3. .
4. Jika
hari selasa dilakukan pada waktu dhuha ( jam 7 s/d 10 pagi)
5. Jika
hari rabu dilakukan pada tengah hari atau setelah shalat ashaRJika hari kamis
dilakukan pada pagi-pagi atau tengah hari
6. Jika
hari jum’at dilakukan pada waktu setelah selesai shalat jum’at
7. Jika
hari sabtu dilakukan pada waktu dhuha atau pagi-pagi Misalnya: jika menanam
padi, awal penanaman dilakukan pada waktu pagi hari selasa bulan hijriah naik
(1 s/d 15 hari bulan)
A.5 Perhatian
1. Harap
ditanam pada waktu musim tanam atau musim hujan
2. Jika
tidak hujan, maka penyiraman tanaman dilakukan pada waktu sore/ malam hari
3. Pemupukan
tumbuhan dilakukan sore hari, tolong dijaga agar lahan tempat tanaman selalu
lembab atau basah. (yang lebih utama dari semua itu, harus dilakuakan dengan
niat ikhlas kepada Allah agar tanaman tersebut dihindarkan dari penyakit dan
diberikan hasil yang membawa berkah) amin.
4. Setelah
dimulai awal penanaman pertama pada waktu-waktu yang ditentukan diatas,
selanjutnya dapat diteruskan penanamannya pada esok hari berikutnya, tanpa
harus mengikuti ketentuan diatas lagi.
5. Jadwal
ini berlaku untuk pembibitan/penanaman
6. Awal pengambilan
hasil dilakukan pada waktu air surut.
A.6 Cara Mencegah Hama Tanaman
Secara Alamiah
1.
Jangkrik dan daun pandan wangi
Jika
sawah/kebun banyak tikus, maka peliharalah jangkrik disawah. Ternyata suara
jangkrik dapat membisingkan telinga tikus, sekaligus mengusirnya, atau dengan
menebarkan daun pandan wangi, sebab aromanya tidak disukai tikus. Caranya daun
pandan wangi dipotong-potong, disebar disekitar tanaman bila sudah kering
diganti yang baru (lebih baik lagi jika pandan wangi ditanam disekeliling
sawah/kebun seperti pagar, lalu taburkan jangkrik. Dengan cara demikian
InsyaAllah tikus tidak akan mendekati tempat itu lagi. Pandan wangi juga
berfungsi untuk mengharumkan butiran padi disawah/ladang).
2.
Abu dapur dan daun pinang
Untuk
memberantas hama wereng, ulat, belalang, dll, dikebun/sawah. Ambillah abu dapur
dan campurkan air (1 liter abu dicampurkan dengan 3 liter air) lalu rebus atau
tumbuklah daun pinang yang sudah tua kemudian diaduk-aduk, dan setelah dingin
percikkan ke tanaman. Jika memakai semprotan, jangan lupa disaring terlebih
dahulu. Bila tidak ada daun pinang maka dapat diganti dengan daun pepaya, namun
kualitas daun pinang jauh lebih bagus dari daun pepaya. Lakukanlah
beberapa kali sampai hamanya habis. (untuk : 10 liter air, dicampur 3 kg
abu bakar dan 1 kg daun pinang atau lebih kurang 2 pelepah tandan).
3. Semut merah & tulang binatang
Membasmi
hama tanaman muda seperti: cabe, tomat, kacang kuning, dll dengan cara mengikat
tulang atau kulit binatang yang basah (baru) pada sepotong ranting, lalu
tancapkan didekat tanaman yang hampir berbunga, kemudian tebarkan semut merah
(serangga), maka semut merah akan memakan hama sekaligus membersihkan batang
& daun tanaman. Fungsi tulang & kulit, hanya untuk memikat atau membetahkan
semut. Jika memanen hasil, semprotkan air pada tanaman, maka semut akan
berkumpul ditulang atau sangkarnya, dan panen dapat dilakukan.
Untuk
tanaman tua seperti nangka, mangga, dll, tulang/kulit cukup diikat pada
pohon/ranting, lalu tebarkan semut merah, jika mau panen ikatlah tulang/kulit
yang baru diujung tali, dan sambungkan kepohon yang ingin dipanen hasilnya,
maka semut segera berkumpul ditulang atau kulit yang baru sehingga panen dapat
dilakukan. Ingat! Hanya semut merah (serangga) yang dapat menjadi predator
untuk memberantas hama tanaman.
4. Cacing
untuk menggemburkan tanah
Agar
tanaman menjadi subur, tanamlah pada tanah yang gembur, dengan cara memasukkan
cacing kedalam tanah, guna membuat pori-pori tanah sehingga merangsang
pertumbuhan akar sekaligus membersihkan hama diakar tanaman, sebelum cacing
ditanam, tanah harus disiram air, fungsinya untuk mengusir jika ada semut-semut
kecil dan memudahkan cacing membuat sarangnya.
5. Manfaat
sumur disawah/kebun
Sumur
disawah/kebun jangan ditembok (semen). Agar berfungsi untuk menjaga kelembaban
tanah sehingga tanah tidak retak-retak diwaktu musim panas, dimusim
kemarau dapat menyiram tanaman, ikan-ikan yang ada disumur disawah dapat
memangsa hama seperti: bibit keong, ulat, belalang, dll, serta ikan-ikan
tersebut dapat dikonsumsi petani. Cara menggali sumur agar air selalu banyak
adalah dengan mengetahui sumber mata air dangkal yang permanen didalam tanah.
Caranya dengan melihat embun pagi dimusim kemarau, jika ada tumpukan embun
disawah/kebun yang lama keringnya. Sementara embun-embun disekitarnya sudah
kering, disitulah diperkirakan sumber mata air dangkal, untuk memastikannya
harus dilihat 2-3 hari, guna meyakinkan lagi, ambillah batok kelapa yang tidak
berlubang, lalu tancapkan ditanah tempat tumpukan embun tersebut selama 24 jam,
bila bagian dalam batok kelapa tetap basah setelah 24 jam, maka disitulah sumur
digali pada musim kemarau diwaktu pagi-pagi, hari ke 15 bulan hijriah
(pertengahan bulan arab). Jika air dalam sumur payau asin atau kurang jernih,
maka tanamlah pohon cemara laut (bak aron) 3 atau 5 meter disamping sumur.
Sebab akar batang tersebut dapat menyaring air yang kuning menjadi jernih dan
yang payau menjadi tawar, pohon tersebut jika sudah besar dapat dipotong atau
dibonsai karena yang diperlukan adalah akar untuk menyaring air sumur.
Contohnya: sumur dipinggir pantai yang banyak terdapat pohon cemara biasanya
airnya jernih dan tawar.
6. Manfaat
tembakau asli (bakong atjeh)
Untuk mengatasi
hama pengerek batang, masukkan tembakau (bakong atjeh) kedalam lubang batang
yang dimakan ulat, dan tutup dengan tanah yang basah. Tembakau asli juga
bermanfaat untuk memberantas hama wereng (gesong, sialee-alee, ulat, dll).
Dengan cara merendam dan aduk-aduk tembakau kedalam air dan campurkan abu bakar,
bila air sudah berubah warna agak cokelat, semprotlah atau percikkan ketanaman.
(untuk 10 liter air campurkan 3 ons tembakau asli dan 3 kg abu bakar).
7. Cara mengumpulkan hama keong
Bila disawah banyak keong yang mengganggu
tanaman, maka ambillah batang pepaya atau daunnya, lalu simpan dipinggir sawah
minimal 24 jam, nanti keong tersebut akan berkumpul dan menempel di batang
pepaya, kemudian ambil keong tersebut untuk pakan ternak (lele, bebek, ayam,
dll) atau dikubur dalam tanah kering, kemudian batang pepaya tersebut disimpan
lagi di dalam sawah.
8. Cara pengolahan tanah
Setelah tanah/lahan dibersihkan dan
sebelum tanah dicangkul/bajak, terlebih dahulu ditebarkan pupuk kandang dan abu
hasil pembakaran sampah tanaman (3 kg pupuk kandang dicampur 1 kg abu bakar)
dengan ketebalan maksimal seruas jari tangan yang disebarkan secara merata
dilahan pertanian, kemudian disiram (masukkan air kesawah) selama 2 minggu,
agar pupuk larut dan menyatu serta dingin dalam tanah, baru kemudian tanah
dicangkul/dibajak. Setelah tanah betul-betul matang, tanamlah tumbuhan
(palawija). Fungsi abu bakar, selain untuk pupuk juga untuk mencegah hama
penyakit yang ditimbulkan oleh pupuk kandang, seperti: ulat tanah, rayap, jamur
akar dan sebagainya. Khusus bagi sawah tadah hujan, maka pemupukan dilakukan
pada waktu musim kemarau sehingga begitu hujan turun tanah (sawah) langsung
dibajak/dicangkul.
9. Cara membuat pupuk
Jemurlah kotoran ternak (ayam atau bebek
atau sapi atau kambing, dan lain-lain) lalu dicampur dengan abu hasil pembakaran
sampah. Perbandingannya 1 karung abu bakar dicampur dengan 3 karung kotoran
ternak, lalu disimpan didalam lubang tanah atau masukkan kedalam goni. Jangan
lupa cara penggunaannya betul-betul meperhatikan ketentuan atau petunjuk yang
tertulis diatas tadi. Sebab abu bakar dan pupuk sangatlah panas bagi tanaman.
Jika salah menggunakannya menyebabkan tanaman kering atau mati.
B. Ekonomi Tradisional dan Perubahan Sosial
Sistem ekonomi
tradisional merupakan sistem ekonomi yang dijalankan secara bersama untuk kepentingan bersama atau
demokratis, sesuai dengan tata cara yang biasa ditempuh oleh nenek moyang
sebelumnya.Dalam system tradisional ini
segala barang dan jasa yang diperlukan, dipenuhi sendiri oleh masyarakat itu
sendiri guna untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Selama ini di desa telah ada
seperangkat lembaga-lembaga yang muncul dan timbul dari inisiatif masyarakat
setempat untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang harus dipenuhinya sendiri. Umumnya lembaga-lembaga lokal ini masih
bersifat sangat tradisional dengan berbagaikekurangankekurangan yang ada dari
segi organisasi atau kelembagaan modPerubahan sosial dapat terjadi apabila
terdapat agen perubahan. Pada tingkat kelembagaan seringkali dijumpai adanya
gerakan sosial. Sistem ekonomi pada
masyarakat pertanian mempunyai ciri teknik produksi dipelajari secara turun
temurun dan bersifat sederhana dan mengenal pembagian kerja yang masih terikat
tradisi tanah sebagai tumpuan kegiatan produksi dan sumber kemakmuran. Pada
masyarakat ini mereka biasanya masih menggunakan sistem pertukaran barter yaitu
menukar barang dengan barang dan pada masyarakat pertanian ini teknologi yang
digunakan masih sangat sederhana, sehingga produktivitas rendah dan menyebabkan
mutu barang hasil produksinya rendah.Dalam sistem ekonomi tradisional, tugas
pemerintah hanya terbatas memberikan perlindungan dalam bentuk pertahanan, dan
menjaga ketertiban umum. Dengan kata lain kegiatan ekonomi yaitu masalah apa
dan berapa, bagaimana dan untuk siapa barang diproduksi semuanya diatur oleh
masyarakat. Pada masyarakat pertanian hasil pertaniannya tidak untuk di jual
melaikan di pergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Tetapi
apabila hasil pertiannya di kira lebih maka kelebihannya akan di jual kepada
orang lain yang membutuhkannya atau hasilnya di tukarkan dengan barang lain
yang tidak bisa di hasilkannya sendiri. Kelebihan dari sistem ekonomi
tradisional adalahtidak terdapatnya persaingan dan masyarakat merasa aman,
karena tidak mempunyai beban berat.
C.
PERKEMBANGAN EKONOMI
Perkembangan ekonomi yang di alami
masyarakat yang menggunakan sistem perekonomian tradiosional adalah lambat.
Karena semua kebutuhan hidupnya di penuhi sendiri dan di dalam memproduksi
barang, untuk siapa barang tersebut di produksi semuanya di atur oleh
masyarakat. Sehingga dalam sistem ekonomi tradisional, tugas pemerintah hanya
terbatas memberikan perlindungan dalam bentuk pertahanan, dan menjaga
ketertiban umum. Dengan kata lain kegiatan ekonomi yaitu masalah apa dan
berapa, bagaimana dan untuk siapa barang diproduksi semuanya diatur oleh
masyarakat.
Dalam sistem ekonomi tradisional semacam
ini memiliki kelemahan dan kelebihan sebagai berikut.
Kelemahan
ekonomi tradisional :
1.
Teknologi yang digunakan masih sangat
sederhana, sehingga produktivitas rendah.
2.
Mutu barang hasil produksi masih rendah
3.
Kegiatan utama ialah bercocok tanam,
menangkap ikan, memungut hasil hutan
4.
kegiatan ekonomi dijalankan untuk
mendapatkan bahan ,makanan dan lain-lain hasil untuk memenuhi keperluan harian.
5.
Alat pertanian adalah mudah yaitu
menggunakanhewan atau binantang dan manusia tanpa teknologi modern.
6.
Mereka menggunakan sisitem barter, dalam
melakukan kegiatan transaksi.
7.
Sebab-sebab petani tidak dapat
mengeluarkan kelebihan hasil
Kekurangan tenaga buruh
1.
Tidak ada ternak yang dapat melakukan
kerja berat
2.
Menangung beban kerja kerah pemerintah
3.
Tiap petani hendaknya menyerahkan 1 per
sepuloh hasil mereka kepada, pembesar atau raja pada saat itu.
Dalam faktor produksi kerja pertanian
juga tampak individualisering. Dahulu tiap pekerjaaan teristimewa pekerjaan
mengolah tanah, berhubung dengan perajaan keagamaa. Terikatnya kerja pada agama
tampak dari kegiatan pengolahan tanah di dahului dengan upacara yang di pimpin
oleh fungsionaris masyarakat. Selanjutnya kerja dapat diorganisir dengan
berbagai cara salah satunya adalah gotong royong. Dari gotong royong inilah
dapat timbul bentuk-bentuk organisasi lainnya dan dari gotong royong berubah menjadi
tolong-menolong.
Tolong-menolong di jawa sejak awalnya
mengandung sifat individual, tetapi dahulu mengandung juga kewajiban untuk
memberikan pertolongan yang diminta. Seperti di jawa maka di luar jawa pun
terdapat juga bentuk organisasi lama seperti perinduk semangan dan perbudakan.
Budak adalah tawanan perang atau keturunan dari tawanan itu. Perinduk semangan
yang timbul karena adanya penyerahan diri karena tidak dapat melunasi
hutangnya. Para pemilik tanah menyuruh mengerjakan tanahnya untuk satu atau
beberapa panenan kepada orang lain (deelbouwnemer atau deelbouwer) dengan
pejanjian bahwa deelbouwer akan menyerahkan sebagian tertentu dari hasil
panenanya kepada deelbouwgever. Deelbouw ini banyak terdapat dijawa, tetapi
juga di daerah-daerah lain di dunia.
Syarat-syarat deelbouw yang paling banyak
di pakai di jawa adalah mempertengah atau mempertiga. Banyak keterangan yang
menunjukan bahwa deebouw di jawa dalam abad ini bertambah, dan bahwa syarat
deelbouw itu diperberat sehingga merugikan deelbouwer. Dalam deelwining, maka
hasil tanaman yang lebih dari satu tahun dipaneni dan orang-orang yang
memaneninya diberi bagian dari pada hasil panenya. Deelaanleg banyak terdapat
dalam menanam tanam-tanaman perdagangan yang umurnya lebih dari satu tahun (overjarige
handelesgewassen). Deelarbeider menbuka tanah, membuat kebun dan memeliharanya
selama tahun-tahun pertama. Diantara pohon-pohon yang di tanamnya ia
diperkenakan menanam tanam-tanaman. Pemiliknya tanah memberikan bibitnya dan
tiap tahun sejumlah uang biasanya dalam bentuk persekot. Jika kebun itu telah
selesai di Tanami dan penuh dengan tanaman, maka kebun itu dibagi antara kedua
belah pihak.
Pertanian rakyat banyak sekali
ragamnya.Pertanian yang awal mulanya di gunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
berubah untuk memenuhi kebutuhan semua orang. Sehingga pertanian mengalami
pertubuhan yang lama dan disamping itu dalam waktu terakhir terdapat berbagai
perubahan. Pertumbuhan pertanian tidak berjalan dengan merupakan garis lurus.
Seringkali dari sesuatu stadium terdahulu yang tertentu, dapat timbul suatu
pertumbuhan dalam berbagai arah, yang dapat tergantungdari pada banyak keadaan.
Yang dikatakan pertumbuhan pertanian misalnya perubahan penyesuaian kepada alam
dan perubahan-perubahan itu dapat bertalian dengan bertambah padatnya penduduk,
sehingga diperlukan pemakaian tanah dengan lebih intensif, tetapi mungkin juga
ada sebab-sebab lain, misalnya bertumbuhnya lalu lintas, yang menimbulkan
kemunkinan-kemungkinan baru dalam penyesuaian kepada alam. Seiring dengan
meningkatnya kebutuhan, maka dari pada itu perlu di lakukan peningkatan hasil
pertanian dengan berbagai upaya. Diantaranya adalah sistem penanaman tanaman
yang satu jenis saja menjadi dua jenis tanaman di tanam pada tanah yang sama
dan penggunaan alat-alat pertanian yang lebih baik lagi dari pada sebelumnya
misalnya saja dalam membajak sawah hanya menggunakan cangkul yang membutuhkan
waktu lama diganti dengan membajak dengan menggunakan tenaga hewan yang lehih
efektif ari pada membajak dengan cangkul.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Beumo merupakan salah satu system
pertanian tradisional di Jambi yang hampir punah ditengah-tengah gemerlap
sistem pertanian moderen dengan model perkebunan monokultur kelapa sawit.
Semangat program pencetakan sawah, optimalisasi lahan dan intensifikasi tanaman
dengan penanaman padi 2-3 kali dalam satu tahun dengan penggunaan bibit unggul
yang disertai dengan peralatan modern dengan tujuan menyediakan makanan bagi
orang kota, hampir melupakan nilai-nilai kearifan local yang terbangun dalam
system pertanian tradisional yang dulu pernah menopang kemadirian pangan di
propinsi Jambi, salah satu kearifan local tersebut adalah ‘beumo’
B. Saran
Makalah
ini tentulah masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya sangat
membutuhkan kontribusi kritik dan saran dari pembaca agar dijadikan sebagai
intropeksi bagi makalah ini untuk menjadi lebih baik lagi. Terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah terlibat untuk mendukung dan membantu agar makalah ini
dapat terselesaikan.
0 komentar:
Posting Komentar